10 Disember 2008

Starting a mud crab hatchery

by Junelyn S. de la Rosa

Today, more and more farmers are going into mud crab farming. Studies have shown that mud crab farming is a very lucrative business with a 1.54 return on investment in only 60 days. Scientists from the College of Fisheries and Ocean Sciences of the University of the Philippines in the Visayas (UPV) have prepared a guide in starting a mud crab hatchery.

Mud crab species:

There are four kinds of mud crabs in the Philippines: the king crab (Scylla serrata), the purple crab (S. tranquebarica), the orange or red crab (S. olivacea), and the rare green mud crab (S. paramamosain). Among the mud crabs, the king crab is the most popular for its fast growth and flavor and is called an "export winner" for its high demand in the international market.

Hatchery/nursery facilities

Tanks for broodstock maturation, rearing, spawning, nursing, and for holding water should be constructed. They can be made of concrete, fiberglass or wood with dimensions of 0.5 to 1 cubic meter. The number of tanks should depend on the number of larvae and crablets that you are planning to produce.

Food production

Mud crabs feed on phytoplankton and zooplankton. Thus, in any hatchery one must learn how to culture phytoplankton to ensure that there is enough food for the mud crab juveniles. The first step to phytoplankton culture is obtaining an algal starter from laboratories or institutions that are selling them.

Chlorella, Nannochloropsis, and Tetraselmis are the common algae. You can start culturing them in one-liter capacity bottles. When the phytoplankton has bloomed and the density is 3 to 5 x 105 cells/ml, transfer them to ten-liter carboys. Upon reaching the same density, they should be transferred to a 0.5 to 1 ton- tanks where they will be allowed to bloom more.

In culturing phytoplankton, maintain the water temperature from 20-25 °C for indoor culture and provide good aeration to give enough supply of carbon needed for plant growth. And use boiled or filtered seawater with a salinity of 25-30 ppt for the culture and sterilize all the containers before use.

Also, for bigger culture, use urea (21-0-0) and ammonium phosphate (16-20-0) to supply the essential nutrients needed by the algae.

Broodstock management and spawning

The major source of broodstock is the wild-caught post juveniles or half-grown crabs while adult or berried female crabs are used as spawners. A minimum weight of 200 to 300 grams for broodstock and 450 grams for spawners are desired.

The king crab is sexually matured when the width of its carapace reaches 14 cm and it weighs 450 grams while the other mud crabs can spawn even if its carapace is still below 10 cm and weigh 300 grams.

As soon as the broodstocks and spawners of the king crab arrive at the hatchery- they place them in the tanks at 300 spawners per tank and 1000 broodstocks per tank with a 10 cm sand substrate at the bottom. Feed them daily with mussel meat (Perna viridis) at 5% to 10% of their biomass. Change the water (at least 30%), scrub the sides of the tank and remove excess feed daily.

Mud crabs become mature and mate when they are 4 months old. In ponds or tanks, male and female crabs clasp for 5 to 7 days to fertilize the eggs.

There are two methods of spawning: the natural and the induced. In the natural method, the mud crab is left in the tanks until they become sexually mature and spawn. For induced spawning, the most common method used is ablation where one (unilateral ablation) or both (bilateral ablation) of the mud crab's eye stalks are crushed or cut to induce spawning 7-13 days after fertilization.

The advantage of unilateral ablation is that the mud crab can spawn again while in bilateral ablation the mud crab dies after hatching the eggs. In both cases, observe the mud crabs closely until the eggs fill the abdominal flap.

Since ablation increases the appetite of the mud crabs, feed the mud crabs more until the eggs are hatched. Incubation ranges from 7 to 13 days. At this time, the berried (pregnant) crabs should be transferred to another tank without the substrate. Expect the eggs to hatch when the eggs turn from light orange to dark grey.

After the eggs are hatched, transfer the larvae into the large tanks filled with 5-10 tons of filtered seawater with 34 ppt salinity. Add algae and rotifer at a rate of 5 x 10 (3) cells per cubic meter and 25 ind/ml, respectively. Yeast-grown rotifer may also be added at 5 ind/ml. Give supplemental diet of 6 grams/ton/day and feed them at 6AM, 12 NN, 6 PM and 12 MN.

Rearing of larvae in nursery

Line the nursery tanks with soil (10 cm thick) inoculated with lab-lab. For large tanks, line them with mud substrate that has been seeded with lab-lab. Apply lime and chicken manure at 2 kg/ 10-ton tank and ammonium phosphate at 500 grams per tank. After fertilization, transfer the megalopae at a density of 20,000 to 30,000 per cubic meter. Apply organic fertilizer to encourage the lab-lab to bloom.

For those using hapa nets as nurseries, use hapa nets with a mesh size of 1 mm and a dimension of 1m x 1 mx 1.5 m. Install the nets in a canvass-lined earthen pond. Line the hapa net bottom with 3-5 cm thick mud substrate. Apply chicken manure and inorganic fertilizer (16-20-0) at a rate of 20 g to 500 g /cubic meter. Fill the pond with water until a depth of 20 cm to promote growth of microbenthic algae that will serve as food for the larvae. Other organisms such as bloodworms, oligochaetes could also serve as food for the larvae. Harvest by totally draining the pond.

Source: “A guide to hatchery and nursery production of mud crab (Scylla serrata) juveniles” by Romeo Fortes, Juliana Baylon, Evelyn Marasigan, Allan Failaman, Gerome Genodepaz, Sol Garibay and Gisela Ann Mamon of the College of Fisheries and Ocean Sciences at the University of the Philippines in the Visayas, Miag-ao, Ilo-ilo. Photo: www.todayaqua.com

10 November 2008

BERBAGAI INFO KETAM NIPAH

Baik kepiting bakau maupun rajungan adalah komoditas ekspor yang sangat menjanjikan. Berdasarkan data yangtersedia di Departemen Kelautan dan Perikanan, permintaan kepiting dan rajungan dari pengusaha restoran sea foodAmerika Serikat saja mencapai 450 ton setiap bulan. Jumlah tersebut belum dapat dipenuhi karena keterbatasan hasiltangkapan di alam dan produksi budidaya yang masih sangat minim.KEBUTUHAN KEPITING DUNIA Sebuah perusahaan di Tarakan yang menjadi pengumpul sekaligus eksportir kepitingmengaku hanya sanggup mengirim 20 ton kepiting per bulan ke Korea, padahal permintaan mencapai 80 ton per bulan(Kaltim Post Cyber News, 27 April 2007). Kepiting tersebut diekspor dalam bentuk segar/hidup, beku, maupun dalamkaleng. Di luar negeri, kepiting merupakan menu restoran yang cukup bergengsi. Dan pada musim-musim tertentu hargakepiting melonjak karena permintaan yang juga meningkat terutama pada perayaan-perayaan penting seperti imlek danlain-lain. Pada saat-saat tersebut harga kepiting hidup di tingkat pedagang pengumpul dapat mencapai Rp.100.000,- perkg yang pada hari biasa hanya Rp.40.000,- untuk grade CB (betina besar berisi/bertelur, ukuran > 200 g/ekor) danRp.30.000,- untuk LB (jantan besar berisi, ukuran > 500g- 1000g/ekor). Kepiting lunak/soka harganya dua kali lipat lebihtinggi. Di luar negeri, harga kepiting bakau grade CB dapat mencapai 8.40 U$ - 9.70 U$ per kg sedangkan LB dihargai6.10 U$ - 9.00 U$ per kg. Ukuran >1000g (Super crab) harganya 10.5 U$ per kg. Mengapa kepiting banyak diminati?ternyata daging kepiting, tidak saja lezat tetapi juga menyehatkan. Daging kepiting mengandung nutrisi penting bagikehidupan dan kesehatan. Meskipun mengandung kholesterol, makanan ini rendah kandungan lemak jenuh, merupakansumber Niacin, Folate, dan Potassium yang baik, dan merupakan sumber protein, Vitamin B12, Phosphorous, Zinc,Copper, dan Selenium yang sangat baik. Selenium diyakini berperan dalam mencegah kanker dan pengrusakankromosom, juga meningkatkan daya tahan terhadap infeksi virus dan bakteri. Selain itu, Fisheries Research andDevelopment Corporation di Australia melaporkan bahwa dalam 100 gram daging kepiting bakau mengandung 22 mgOmega-3 (EPA), 58 mg Omega-3 (DHA), dan 15 mg Omega-6 (AA) yang begitu penting untuk pertumbuhan dankecerdasan anak. Bahkan kandungan asam lemak penting ini pada rajungan lebih tinggi lagi. Dalam 100 gram dagingrajungan mengandung 137 mg Omega-3 (EPA), 90 mg Omega-3 (DHA), dan 86 mg Omega-6 (AA). Untuk kepitinglunak/soka, selain tidak repot memakannya karena kulitnya tidak perlu disisihkan, nilai nutrisinya juga lebih tinggi,terutama kandungan chitosan dan karotenoid yang biasanya banyak terdapat pada kulit semuanya dapat dimakan.Bukan hanya dagingnya yang mempunyai nilai komersil, kulitnyapun dapat ditukar dengan dollar. Kulit kepiting diekspordalam bentuk kering sebagai sumber chitin, chitosan dan karotenoid yang dimanfaatkan oleh berbagai industri sebagaibahan baku obat, kosmetik, pangan, dan lain-lain. Bahan-bahan tersebut memegang peran sebagai anti virus dan antibakteri dan juga digunakan sebagai obat untuk meringankan dan mengobati luka bakar. Selain itu, dapat juga digunakansebagai bahan pengawet makanan yang murah dan aman. POTENSI KEPITING INDONESIA Indonesia dikenal sebagainegara bahari dan kepulauan terbesar di dunia dengan luas perairan laut termasuk zona ekonomi eksklusif Indonesia(ZEEI) sekitar 5.8 juta kilometer persegi atau 75% dari total wilayah Indonesia. Wilayah laut tersebut ditaburi lebih dari17.500 pulau dan dikelilingi garis pantai sepanjang 81.000 km yang merupakan terpanjang di dunia setelah Kanada. Disepanjang pantai tersebut, yang potensil sebagai lahan tambak ± 1.2 juta Ha. Yang digunakan sebagai tambak udangbaru 300.000 Ha. (Dahuri, 2005). Sisanya masih tidur. Artinya, peluang membangunkan potensi tambak tidur tersebutuntuk budidaya kepiting masih terbuka lebar. Kepiting dapat ditemukan di sepanjang pantai Indonesia. Ada dua jeniskepiting yang memiliki nilai komersil, yakni kepiting bakau dan rajungan. Di dunia, kepiting bakau sendiri terdiri atas 4spesies dan keempatnya ditemukan di Indonesia, yakni: kepiting bakau merah (Scylla olivacea) atau di duniainternasional dikenal dengan nama “red/orange mud crab”, kepiting bakau hijau (S.serrata) yang dikenalsebagai “giant mud crab” karena ukurannya yang dapat mencapai 2-3 kg per ekor, S. tranquebarica(Kepiting bakau ungu) juga dapat mencapai ukuran besar dan S. paramamosain (kepiting bakau putih). Di Indonesia,spesies rajungan yang terkenal dan memiliki nilai ekspor adalah Portunus pelagicus, juga dikenal sebagai SwimmingCrab. Potensi kepiting bakau yang melimpah di negeri kita ini, terlihat ketika penulis berkunjung ke salah satupendaratan ikan di Malili (Kabupaten Luwu Timur) sebagai salah satu rangkaian kegiatan mencari sumber induk kepitingbermutu. Hanya dalam hitungan menit, ratusan kepiting dari berbagai spesies dan ukuran didaratkan disana. Ternyata,pengumpul kepiting dari Makassar telah menunggu dan segera mensortir kepiting layak ekspor, sisanya (GradeBS/rejected live mud crab) dijual kepada pedagang lokal. Menurut pengelola pendaratan ikan tersebut, setiap harinyadidaratkan sekitar 800-1000 kg kepiting dan langsung habis terjual. Hal yang sama juga terjadi di Sumatera, Kalimantan,Jawa, dan Papua. TEKNOLOGI YANG MENDUKUNG Bila ingin menjadikan kepiting sebagai komoditas andalan makapenangkapan dari alam saja tidaklah cukup. Bahkan penangkapan yang berlebihan dapat mengancam kelestarianhewan ini. Karena itu, budidaya adalah pilihan yang tepat. Ada beberapa teknologi yang mendukung kegiatan budidayatersebut, yakni: pembenihan, pembesaran, penggemukan, produksi kepiting bertelur, dan produksi kepiting lunak/soka.Pembibitan kepiting dilakukan di hatchery sebagaimana udang. Hatchery sebaiknya dibangun di daerah dekat pantai,berpasir, banyak tumbuh karang sehingga dengan mudah mendapatkan air bersih melalui pemompaan sehingga lebihekonomis. Diusahakan jauh dari muara sungai atau arus tempat aliran air tawar yang dapat menurunkan salinitas, bebaslimbah, baik limbah industri, pertanian, maupun rumah tangga. Untuk kebutuhan pembenihan rajungan, induk yangdigunakan berukuran minimal 200 g per ekor, sehat, bersih, organ tubuh lengkap, dan sudah mulai matang gonad.Sedangkan untuk pembenihan kepiting bakau, ukuran induk yang digunakan lebih besar, sebaiknya beratnya minimal500 g. Kurang lebih 2 minggu pemeliharaan biasanya kepiting sudah bertelur dan 9-12 hari kemudian telur-telur akanmenetas. Jumlah larva untuk sekali peneluran dapat mencapai jutaan ekor. Pada hari ke 50-60, kepiting/rajungan sudahmencapai fase kepiting muda dan sudah siap di tebar di tambak. Pembesaran umumnya dilakukan di dalam tambak baikdengan maupun tanpa pagar bambu atau waring, juga dapat ditumpangsarikan dengan rumput laut. Penggemukan danproduksi kepiting bertelur dilakukan dalam kurungan yang terbuat dari bambu atau dalam keramba apung, dan kepiting

14 Oktober 2008

MENGENAI KETAM NIPAH DUNIA

http://www.onefish.org/cds_upload/1049726086695_0051.pdf

13 Oktober 2008

Pembenihan Ketam Nipah

Teknologi Produksi Benih Kepiting Bakau (Scylla paramamosain)

Desember 30, 2007 in budidaya

01/03/06 - Informasi: Teknologi-dkp.go.id
Kepiting bakau termasuk satu diantara komoditas perikanan bernilai ekonomis penting di wilayah Indo-Pasifik. Produksi kepiting bakau Indonesia selama ini masih sangat mengandalkan hasil penangkapan di alam dan hanya sebagian kecil dihasilkan dari kegiatan budidaya, seperti yang sudah berkembang di beberapa daerah di antaranya Bone, Sulawesi Selatan.

Berdasarkan peluang usaha tersebut mengakibatkan intensitas penangkapan kepiting di alam terus meningkat baik yang beaikuran konsumsi maupun ukuran kecil sebagai benih dalam kegiatan budidaya, sehingga di beberapa daerah dilaporkan telah terjadi tangkap lebih yang bcrdampak merusak populasinya di alam. Untuk mengimbangi laju penangkapan tersebut perlu adanya upaya ke arah pembenihan terkendali.

Sejak beberapa tahun terakhir ini Balai Besar Riset Perikanan Budidaya Laut (BBRPBL) Gondol-Bali telah berhasil memproduksi benih kepiting bakau dari spesies Scylla paramamosain. Disamping itu, telah dilakukan kerjasama penelitian dengan Bribie Island Aquaculture Research Center (BIARC) Australia yang dibiayai oleh ACIAR Project No. FIS/1999/076.

Kepiting bakau dapat digolongkan ke dalam 4 spesies, masing-masing Scylla serrata, S. tranquebarica, S. paramamosain dan S. olivacea yang semuanya dapat ditemukan di perairan Indonesia. Namun di BBRPBL - Gondol induk yang digunakan adalah dari spesies S. paramamosain, sedangkan di Australia adalah spesies S. serrata.

Kategori induk yang digunakan dalam pembenihan adalah jenis kepiting betina dewasa debar kerapas > 12 cm), dalam kondisi sehat yang dicirikan dengan warna cerah, anggota tubuh lengkap serta respon yang cepat apabila kaki renangnya ditarik.

PENGELOLAAN INDUK
Sebelum transportasi dianjurkan untuk melakukan perendaman kepiting dalam air garam yang bersih (kadar garam 25-34 ppt) selama 3-5 menit untuk menghindari dehidrasi selama transportasi. Pada saat transportasi sebaiknya kepiting disimpan dalam kondisi suhu rendah. Induk yang telah ditransportasi direndam dalam larutan formalin 200 ppm selama 15-20 menit untuk mencegah adanya kontaminasi dari luar.

Bak pemeliharaan induk dapat berupa bak beton ataupun fiberglass dengan menggunakan substrat pasir putih setebal 5 cm dan sistem air mengalir. Ketinggian air dalam tangki berkisar 40-50 cm. Padat tebar induk dalam bak berkisar 1 ekor per m2. Pemberian pakan berupa daging kerang laut dan ikan rucah dengan perbandingan 1:1 dengan dosis 15% bobot tubuh pada induk dengan tingkat kematangan gonad (TKG) I dan menurun sampai 5% pada TKG IV atau menjelang pemijahan.Pemijahan (inkubasi)
Pemijahan induk kepiting bakau biasanya berlangsung 1 - 2 minggu setelah dipelihara dalam bak. Waktu pemijahan selalu berlangsung pada malam hari. Induk yang mengandung telur sebaiknya direndam dalam larutan formalin dosis 50 ppm selama 1 jam untuk menghilangkan parasit dan jamur yang mcnempel pada massa telur. Lama inkubasi antara 8-10 hari pada kondisi suhu 29-30°C. Selama masa inkubasi induk kepiting tidak diberi makan hal ini untuk menjaga kebersihan lingkungan. Waktu penetasan telur selalu berlangsung pada pagi hari.

Bentuk dan ukuran tangki
Bentuk tangki yang ideal adalah bulat kerucut dengan kemiringan dasar tangki ± 10°. Ukuran yang disarankan dengan volume 1.000-5.000 liter.

PEMELIHARAAN LARVA

Pengelolaan air laut
Air laut sebelum digunakan terlebih dahulu harus disterilisasi dengan klorin 10 ppm selama 24 jam, selanjutnya ditambahkan Na-thiosulfal dengan dosis 5 ppm unluk menetralkan klorin yang masih tersisa di dalam air laut.

Penanganan larva
Sebelum dilakukan penebaran larva, sebaiknya suhu air disesuaikan dengan yang ada pada bak penetasan. Goncangan suhu diusahakan hanya bcrkisar 1 °C. Padat tebar larva berkisar 50-100 ekor/ L. Tingkatan stadia kepiting bakau terdiri dari: zoea-1 sampai dengan zoea-5 : 12-14 hari; megalopa: 7-10 hari dan selanjutnya menjadi krablet (kepiting muda).

Pemeliharaan megalopa - krablet
Setelah mencapai stadia megalopa dilakukan panen dan pemindahan ke dalam bak pendederan. Hal ini untuk mengurangi kanibalisme, karena megalopa sudah dapat berenang cepat dan sudah dilengkapi sepasang capit untuk menangkap mangsanya. Pendederan biasanya berlangsung selama 2 minggu hingga mencapai stadia krablet-2 sampai krablet-4. Pendederan dengan kepadatan 250 -1.000 ekor/rm dan menggunakan shelter berupa karang dan waring, dapat menghasilkan sintasan sebesar 70-80% krablet-2 sampai krablet-4 yang selanjutnya sudah siap ditebar di tambak.


BALAI BESAR RISET PERIKANAN BUDIDAYA LAUT
Dusun Gondol, Desa Penyabangan, Kec. Gerokgak
Kab. Buleleng - Singaraja 81155
PO.Box. 140 Singaraja-81101
Telp.: 0362-92278; Fax.: 0362-92272
E-mail: gondol_dkp@singaraja.wasantara.net. id

09 September 2008

KETAM MASAK SWEET SOUR


Bahan Bahan 4 ekor ketam [potong 2 dan bersihkan] 3 s/b minyak masak 3 s/besar sos cili 6 s/b sos tomato 1 cawan air 1 s/k garam 1 s/b gula 1/2 cawan nenas - jika suka [dipotong dadu] 2 biji tomato [dibelah] 1 biji telur [pukul sikit] 1 pokok daun bawang [mayang 1 inci] Bahan hiris 2 ulas bawang putih 1 labu bawang besar

Cara Menyediakannya :

1. Panaskan minyak dan tumiskan bahan hiris sehingga wangi.

2. Masukkan air, sos cili, sos tomato dan ketam. Biarkan mendideh.

3. Masukkan garam dan gula sedikit.

4. Masukkan telur dan kacau sikit. Biarkan mendideh.

5. Masukkan buah tomato dan nenas dan kacau rata.

6. Bila dah nampak pekat masukkan daun bawang dan angkat.

7. Masukkan dalam pinggan besar..

8. Tunggu azam magrib dulu .... pastu...... srrrruuuuuuppp.....ngakkkkk

sedappp..

30 Julai 2008

Aquaculture: Captive breeding key to mudcrab crop

A Territory business has produced what is thought to be Australia's first commercial aquaculture harvest of mud crabs. The first 3 tonne batch of crabs are ready to sell, but farm owner Seow Hung Yong is waiting a few weeks to get the best price.Mr Yong and his family have invested more than $1 million in the Australia Aquaculture Farming NT venture, renovating a former prawn farm site near Channel Island, south of Darwin.Mr Yong came to the NT from Singapore three years ago and studied aquaculture at Charles Darwin University before starting the 10-pond farm last December.The businessman said he could not have succeeded without the help of the Darwin Aquaculture Centre (DAC).The DAC - a research arm of the Department of Primary Industries, Fisheries and Mines - pioneered a captive breeding program for baby mud crabs.The DAC supplies baby crabs to the farm, providing 70,000 in the last six months."They are working very hard, they come every week to do research. If we have any problem, they help," he said.The first batch of crabs arrived at the farm in April.They were fed on prawn pellets until they reached about 500g in weight.They will now be caught in crab pots and flown live to restaurants and wholesalers in Sydney and Melbourne."We are still researching an easier way to get the crabs out of the ponds," Mr Yong said.Mr Yong treated NT Fisheries Minister Chris Natt to steamed cold crab when he unveiled the first harvest on Friday."At the moment it's the most popular recipe in Singapore," Mr Yong said."You steam it, put it in the fridge and eat it cold."

Published 10/25/2007

Source: Northern Territory News

24 Jun 2008

TEMPAHAN BENIH SIAKAP

1. 1 inci - Rm 0.25 seekor - minima 30,000 ekor

2. 2 - 3 inci Rm 0.80 seekor - minima 5,000 ekor

3. 3 - 4 inci Rm 1.30 seekor - minima 5,000 ekor

4. 4 - 5 inci Rm 1.80 seekor - minima 5,000 ekor


HARGA TERMASUK TRANSPOT (SEMENANJUNG MALAYSIA)

HARGA BOLEH RUNDING.

berminat sila hubungi:

Mohamad

tel : 0199859804
emel :
http://www.awemat67@yahoo.com.my

Ternakan Ikan Siakap

Ternakan Ikan Siakap Dalam Sangkar PPK Pelagat

Encik Ahmad Nordin b. Che Wan Mat, ahli PPK Pelagat,Besut, Terengganu telah memulakan projek ternakan ikan siakap dalam sangkar ini semenjak bulan Februari 2005. Dengan berbekalkan modal sendiri, beliau telah memasang 140 buah sangkar untuk menternak ikan siakap. Secara purata, terdapat 500 ekor ikan bagi setiap sangkar yang telah dimasukkan secara berperingkat semenjak bulan Mei 2005.
Bermula bulan Mei 2006 iaitu selepas 8 bulan pemeliharaan, ikan siakap yang matang akan mula dituai secara berperingkat mengikut gred yang telah ditetapkan untuk dijual kepada peraih tetap. Mengikut perancangan, sebanyak 5 tan metrik ikan akan dituai setiap minggu, dimana setiap ekor ikan telah mencapai berat sehingga 1.2 kg seekor. Pada masa kini, harga ikan siakap di pasaran adalah antara RM10 - RM12 sekilogram. Beliau tidak menghadapi sebarang masalah pemasaran kerana pada masa kini permintaan ikan siakap adalah sangat tinggi dan urusniaga di peringkat sangkar.
Encik Ahmad Nordin adalah seorang usahawan yang berpandangan jauh dan berdaya maju. Beliau amat yakin projek ini berpotensi tinggi, oleh itu beliau telah mendapat kebenaran menggunakan secara TOL tanah Kerajaan seluas 50 ekar untuk tujuan pembinaan 90 buah kolam tambahan. Bermula bulan Mei 2006 beliau telah menggunakan 40 buah kolam tambahan tersebut untuk asuhan anak ikan siakap yang berukuran 2 inci sehingga mencapai berat 500 gram sebelum dipindahkan ke dalam sangkar. Anak ikan siakap ini bukan sahaja untuk kegunaan sangkar beliau sendiri, tetapi turut dijual kepada pengusaha yang berminat mendapatkan bekalan anak ikan.
Ternakan ikan dalam sangkar En. Ahmad Nordin Bin Che Wan Mat mempunyai prestasi fizikal yang baik. Perancangan usahawan melaksanakan projek kolam asuhan memungkinkan projek ini untuk berkembang.
Pembinaan sangkar dan kolam asuhan telah melibatkan kos melebihi RM1 juta. Jangkaan hasil yang akan diperolehi oleh Encik Ahmad Nordin adalah sebanyak RM672,000 dengan keuntungan bersih sebanyak RM134,400 sepusingan. Secara purata beliau mampu meraih pendapatan bersih sebanyak RM11,000 sebulan.

23 Jun 2008

HUKUM MAKAN KETAM NIPAH/BAKAU

Soalan
:

apakah hukum memakan ketam nipah? ada dua pendapat yang pertama hukummya boleh dimakan oleh orang islam dan pendapat kedua mengatakan hukumnya haram dimakan oleh orang islam kerana hidup di dua alam yakni darat dan air.. Minta jelaskan.sekian..tq.

Jawapan
:

Ketam Nipah bukanlah daripada jenis reptilia dan amfibia, tetapi ia adalah dari jenis rustasia iaitu sama golongan dengan udang dan kerang. Keseluruhan edaran hidupnya adalah di dalam air dan mempunyai sistem pernafasan melalui insang dan bukan paru-paru. Ia bernafas menggunakan oksigen dalam air sebagai pelarut.Kehidupan ketam Nipah di darat hanya dalam tempoh masa yang singkat sahaja iaitu lebih kurang 2 atau 3 hari, kerana dalam insangnya mempunyai satu ruang pintu yang boleh ditutup dan mengandungi sedikit air. Ia menggunakan air tersebut untuk pernafasan dan sekiranya air itu kering ia akan mati. Oleh itu dari segi hukum Ketam Nipah adalah binatang yang boleh dimakan..

Status
:
Selesai - Paparan Web.
.
Nombor Rujukan
:
PANEL SJAI 280807

IKAN KERAPU

Petikan dari akhbar .

BESUT. TERENGGANU

-- Suatu ketika dulu, ikan kerapu merupakan antara jenis ikan yang kurang digemari ramai kerana bentuk fizikalnya yang kurang menarik.Ramai lebih menggemari ikan laut yang lain seperti Aya, Tamban, Tenggiri, Bawal, Selar Kuning dan Selayang.Namun kini keadaan itu berbeza kerana spesies ini mendapat permintaan yang semakin tinggi dan bakal menjadi ikan marin ternakan komersil utama di negara ini menjelang tahun 2010.Jabatan Perikanan mengenal pasti Kerapu atau nama saintifiknya Epinephelus sebagai antara spesies ikan yang berpotensi untuk diusahakan oleh penternak ikan dalam kolam dan sangkar di negara ini secara besar-besaran berdasarkan pasaran dan cara pemeliharaan yang lebih mudah serta sesuai dengan iklim negara.Kerapu terdiri daripada pelbagai jenis -- badan yang berbintik dan berbelang-belang ialah Kerapu Hijau (Epinephelus Coioides) .Manakala antara jenis yang lain ialah Kerapu Harimau (Epinephelus Fuscoguttatus), Kerapu Pisang (Plectropomus Leopardus), Kerapu Sunoh (Plectropomus Maculatus) dan Kerapu Tikus (Cromeleptis Altivelis).KERAPU KERTANGBagaimanapun Jabatan Perikanan telah memilih Kerapu Kertang (Epinephelus Lanceolatus) untuk dikomersialkan di Pusat Pengeluaran dan Penyelidikan Ikan Laut (PPPIL), Tanjung Demong, Besut memandangkan ia merupakan antara spesies mempunyai nilai komersial yang tinggi.Ketua PPPIL Tanjung Demong Hussin Mat Ali berkata pusat itu mensasarkan untuk mengeluarkan ikan tersebut sebanyak 122,000 tan metrik sebelum 2010.Bagi memastikan sasaran itu tercapai, pihaknya terpaksa menghasilkan 100 juta benih spesies kerapu daripada 2,200 bilangan ikan induk bagi membolehkan ia diedarkan kepada penternak di seluruh negara dalam tempoh tersebut."Spesies ikan kerapu hidup hampir di keseluruhan perairan dunia itu dan ia dipilih memandangkan pasarannya yang kompetitif hanya dengan kos minimum berbanding spesies ikan marin yang lain yang memerlukan kos yang tinggi." katanya kepada Bernama ketika ditemui di sini baru-baru ini.TIDAK BANYAK MASALAHMenurut Hussin, proses pembenihan dan penjagaan spesies kerapu tidak menimbulkan banyak masalah kerana ia boleh diternak melalui sistem dalam tangki tertutup atau dalam kolam air yang terkawal.Beliau berkata, kerapu kertang pula mampu membesar sehingga 40 kg dalam tempoh yang singkat dan ia boleh dipasarkan sebaik sahaja mencapai keberatan 1.5 kg dengan harga RM60-RM70 setiap satu kg."Buat masa ini PPPIL mempunyai lebih 30 induk kerapu Kertang yang setiap satu beratnya melebihi 40 kg untuk tujuan pembenihan," katanya.Selain kerapu, PPPIL juga sedang berusaha menyediakan 100 juta benih dari 4,000 induk ikan Siakap, 150 juta benih dari 6,000 induk ikan Merah dan 50 juta benih dari 400 ekor induk ikan Cobia.Dianggarkan Terengganu pada masa kini mempunyai seramai 150 penternak ikan marin laut yang menggunakan sistem ternakan sangkar yang berjaya memperoleh pendapatan melebihi RM3,000 sebulan seorang.Penggunaan teknologi baru iaitu teknologi hatchery dan ternakan ikan marin berasaskan akuakultur kitar semula (Recirculating Aquaculture System) dijangka mampu menambahkan lagi pendapatan mereka kerana produk akuakultur ikan marin mencapai harga pasaran yang lebih tinggi khususnya di Eropah.PENYELIDIKANMengimbas kembali aktiviti penyelidikan teknologi pengeluaran benih ikan laut di Malaysia, Hussin berkata ia telah diasaskan sejak awal tahun 70-an lagi.Bagaimanapun pembangunan industri itu agak lembab sehinggalah pada tahun 1980-an, menyebabkan wujudnya jurang permintaan dan bekalan benih ikan marin tempatan yang begitu ketara sekali sehingga kebanyakan pengusaha hatchery enggan melibatkan diri dalam bidang tersebut.Memburukkan lagi keadaan, kebanyakan penternak lebih suka mendapatkan benih-benih import yang terdedah dengan ancaman pelbagai jenis penyakit serta sukar dikawal.Menyedari hakikat ini Institut Penyelidikan Perikanan Pulau Pinang (IPP) mempelopori aktiviti penyelidikan pengeluaran benih di negara ini di bawah Jabatan Perikanan Malaysia (JPM) pada 1982.Bagaimanapun, mulai 1985, aktiviti penyelidikan dan pengeluaran benih ikan laut berpindah ke Pusat Pengeluaran dan Penyelidikan Ikan Laut (PPPIL), Tanjung Demong, Besut, Terengganu yang mula beroperasi pada 1984.

18 Jun 2008

MENGENAI KETAM NIPAH

1. Cara untuk mendapatkan benih ketam nipah setakat ini ialah dengan cara menangkap ketam liar atau membeli dari pencari-pencari ketam yang beroperasi di kawasan nipah atau hutan bakau. Harga benih ketam diantara Rm 0.50 - 0.70 seekor dengan kuantiti berat badan 50 - 100gm.

2. Pemberian makan ketam yg termasuk golongan haiwan pemakan daging. Bahan makan untuk ketam mudah didapati. Makanan ketam ini berupa ikan cincang, siput, pelet dll. Pemberian makan dilakukan 2-3 kali sehari, yaitu: pagi, petang dan malam hari. Adapun dos pemberian makanan antara 5 – 15% dari perkiraan berat badan ketam yang dipelihara.

3. Ketam boleh dipasarkan apabila proses penggemukan ketam mencapai berat badan seekor 200gm ke atas. Untuk benih yg berat 100 gram dalam masa pemeliharaan 1,5 – 2 bulan sudah boleh mencapai berat badan (3–4 ekor/kg). Tapi apabila benih awal sudah mempunyai berat lebih dari 200 gram, maka masa pemeliharaan lebih singkat.

4. Ketam nipah/bakau yang sedang matang telur mempunyai harga yang lebih tinggi dibandingkan dengan yang lain. Ketam sebelum diikat diletakkan ke dalam air bersih beberapa sketika. Setelah itu ketam nipah/bakau baru diikat kakinya dengan tali raffia kemudian dimasukkan ke dalam tong atau tempat lainnya yang diberi alas bawah dan penutup atasnya dari kain basah sebagai pelembab.

5. Pasaran ketam nipah/bakau setakat ini tidak ada masalah. Bahkan permintaan tempatan belum cukup. Mengenai harga pada umumnya tergantung di mana ia dipasarkan diantara Rm 15.00 hingga Rm 25.00. dengan size 3 -4 per kg.